
7 Tips Agar Tidak Grogi Berbicara Di Depan Publik
Ga terasa sudah 8 tahun aku bergabung dalam komunitas blogger Gandjel Rel yang memberikan andil besar aku bisa menulis semakin baik. Jika diminta untuk memilih, mana yang lebih nyaman buatku, menulis atau berbicara didepan umum ? Tentu saja aku memilih berbicara didepan umum, karena latar belakang pendidikanku yang dikondisikan untuk lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Baik berupa presentasi produk yang aku tawarkan,mendelegasikan pekerjaan maupun mengajar.
Tetapi untuk tampil didepan publik baik sebagai nara sumber atau sebagai pembaca acara, tentulah sampai sekarang aku masih dilanda grogi, apa lagi jika yang dihadapi orang penting, bisa panas dingin sekujur badan macam meriang. #yukkerokanbisayuk
SEPENGGAL KISAH AWAL DUNIA KEPENULISANKU
Sebenarnya kalau mau mengulik awal mula aku mampu menulis bisa dikatakan banyak hal yang menggiringku kesana, namun aku tidak pernah menyadarinya. Bagaimana tidak? Dari masa-masa sekolah aku tidak pernah mempunyai rekam jejak menang lomba kepenulisan. Ditambah lagi aku melanjutkan kuliah dijurusan teknik yang berkaitan dengan arsitektural, makin jauhlah kebiasaan untuk menulis itu kujalani.
Cuma seingatku sih, waktu duduk dibangku SD ,setiap ada THB (Tes Hasil Belajar) pelajaran Bahasa Indonesia, biasanya dilembar paling akhir setelah pengayaan itu ada baris untuk mengarang. Temanya sudah ditentukan. Mungkin sebagian besar teman-teman sekelasku sebal dengan tes ini, berbeda dengan aku, malah seringnya aku mengarang bebas 1 halaman folio bolak balik, penuh…unstopable….hahaha.
Barangkali saat itu aku sedang tidak menulis prosa, tapi curhat kaleee yaaa….
Berlanjut saat SMP,ada mading (majalah dinding) yang dijadualkan bergilir setiap 2 minggu sekali. Nah, setiap kelas wajib mengumpulkan karya-karya muridnya untuk dipajang didinding supaya bisa dibaca oleh seluruh murid sekolahku.
Waktu itu aku menulis cerita fiksi tentang seorang adik yang dimusuhi oleh kakaknya dan selalu dituduh mencuri, hingga bersembunyi digudang.
Karya-karya itu dikumpulkan untuk diseleksi oleh tim mading kelasku.
Tepat dihari Senin pagi, Mading sudah terpampang dipapan area publik. Tak disangka, guruku Bahasa Indonesia, Bapak Budiyono memanggil tim Mading dan menegur mereka mengapa karyaku tidak dipajang.
Sayup-sayup kudengar beliau berkata, “Karya sebaik ini kok kamu singkirkan! Dipajang!” , sambil matanya melotot.
Mungkin kejadian itu yang jadi momentumku bahwa aku memiliki bakat menulis sejak kecil.
Semakin beranjak dewasa ,aku larut menekuni profesiku sebagai junior architect disebuah kantor konsultan arsitektur ,dan semakin membuat bakat terpendamku benar-benar terabaikan. Hingga pada saat jelang pernikahan , ketika calon suami berbeda kota, disitulah mulai muncul kegelisahan karena ada banyak hal yang susah tersampaikan terkendala faktor jarak dan waktu.
Cukup lama menekuni dunia teknis dan grafis,membuat tanganku sudah tidak terampil lagi menulis indah dan enak dibaca. Inginnya sih kutuangkan di Diary seperti masa kecilku, kok ya jari ini sudah kaku mau menulis , malah macam cakar kucing garong. Lalu kutemukan diinternet sebuah platform bernama blog yang bisa menyalurkan kegundahanku .
Dari keasyikan menulis suka duka LDR-an dengan pacar alias calon suami, mempersiapkan perkawinan, dan masa-masa awal-awal pernikahan yang kutuliskan didalam blog pribadiku itulah malah aku bisa memenangkan lomba ngeblog dengan tema WEDDINGKU dan diganjar sebuah bandul berlian dari platinum (yang lebih mahal daripada emas putih).
Btw, hari ini ,tepat 19 tahun lalu, saat Valentine’s Day , itulah momen sakralku menjelang pernikahan.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan tiba-tiba aku sudah berada dititik ini dengan 2 anak yang cakep-cakep dan pintar serta suami yang setia dan penyayang.
Dari menang lomba blog inilah, ketrampilan menulisku semakin terasah disertai beberapa tulisan-tulisanku yang dimuat dalam beberapa buku antologi bertema mulai dari curhatan, relasi yang rumit, backpackeran, kisah kegokilan emak-emak sampai ke horror kisah nyata. Koleksi karyaku bisa kalian simak di kolom “About ME” diatas.
![]() |
Tips Menang Lomba Menulis ala Archa Bella |
![]() |
Menjadi juara 1 Flash blogging yang diadakan oleh Kemkominfo tahun 2018 lalu |
Beritanya bisa dibaca di : MENUJU INDONESIA MAJU BERSAMA KOMINFO RI
PENGALAMANKU BERBICARA DIDEPAN PUBLIK
Memang bahasa lisan maupun tulisan itu bisa mengandung banyak persepsi dan multi interpretasi. Seperti kemarin aku berkomunikasi dengan salah satu rekan bisnisku yang tidak pernah mau mendengarkan dahulu, tapi hobinya sibuk typing ,nyerocos sebanyak-banyaknya. Akhirnya seringkali ada kesalahpahaman karena sikapnya yang dominan. Itulah mengapa diciptakan tanda baca titik, koma, spasi dan enter pada media sosial manapun , supaya kita tahu bahwa ada jeda informasi , jadi tidak mudah tersinggung.
Kalau aku sih, menghadapi orang seperti itu, memang lebih baik berhadapan langsung, karena kita sama-sama bisa mengetahui bagaimana raut mukanya, respon gerak tubuhnya dan perubahan mimicnya. Lagipula memang lebih gamblang dan jelas jika kita bertatapan langsung dengan lawan bicara kita.
Seni berbicara dimuka umum ternyata dipengaruhi oleh kepribadian yang membawakannya. Apalagi buat kalian yang mungkin saja tiba-tiba ditunjuk untuk membawakan acara, menyambut tamu, menjadi narasumber yang diharuskan tampil berhadapan dengan orang banyak, tentu saja butuh rumus-rumus tertentu agar komunikasi bisa berjalan dengan baik.Ada tipe-tipe orang yang introvert sehingga takut berbicara dimuka umum dan dilihat banyak orang. Tetapi ada juga yang terlalu cerewet sehingga asal bicara dan berkesan asal “njeplak”,karena biasanya orang tipe seperti itu biasanya tidak ada isinya.
Sebagai seseorang yang pernah berprofesi sebagai dosen, tentulah aku juga harus menyesuaikan diri dengan audiens yang mendengarkan materi yang kupaparkan. Dalam hal ini adalah mahasiswa dan dosen lainnya. Aku juga pernah ditunjuk sebagai MC saat ulang tahun Gandjel Rel beberapa tahun lalu, walaupun pengalamanku sangat minim, tapi kuberanikan diri untuk menyanggupinya. Itung-itung menambah pengalamanku berbicara didepan orang banyak , walaupun kupikir-pikir agak ambyarr karena rekan duetku saat itu adalah Dicky Dacosta, si penyiar radio legendaris itu,..haha.
Kadangkala saat kita bertugas sebagai pembawa acara/MC, supaya tidak monoton , lantas berusaha untuk melucu. Padahal itu sebaiknya berjalan secara natural dan jangan dipaksakan atau bernafsu agar terdengar lucu, karena malah akan membuat penyampaian kalimat kita jadi tidak bermutu dan bisa-bisa malah jadi bahan pembicaraan. Kurasa waktu itu aku masih gagap bagaimana menjadi public speaker yang baik, jadi memang butuh banyak belajar.
Sebelum hari -H acara berlangsung ,biasanya aku belajar dulu bagaimana membawakan acara yang seru lewat tutorial di Youtube, buku-buku atau artikel di internet. Lumayan bisa menambah wawasan sebagai bekal supaya tidak hancur-hancur amat.
Untuk mengurangi grogi, tips dari Mbak Najwa Shihab ini sepertinya layak jadi inspirasi.
Dari pengalamanku berbicara didepan publik , berikut ini ada 7 tips yang bisa kubagikan untuk menambah wawasan kalian.
7 TIPS AGAR TIDAK GROGI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
Saat berbicara didepan umum, tips yang terpenting adalah usahakan agar sebagai pembicara kita menaruh kedudukan kita setara dengan audiens.Bukan merasa dibawah ataupun diatas, sehingga dapat menambah rasa percaya diri dan fokus terhadap materi pembicaraan dan misi acara yang dibawakan. Kemudian sesuaikan dengan level audiens, baik usia, latar belakang, maupun jabatan atau ruang lingkup pekerjaan.
1.Memahami Apa yang Ingin Kita Sampaikan
![]() |
Menjadi pembicara pada seminar pariwisata yang diselenggarakan oleh DPP ASPPI Jawa Tengah di hotel Patrajasa tentang topik travel blogger. |
2.Kenali Audiens Yang Kamu Hadapi
Tips: Berbicara dengan audience terlebih dahulu sebelum acara dimulai cukup ampuh untuk meredam grogi dan menuntun arah pembicaraan serta konten dari materi yang akan disajikan disesuaikan dengan level audiens.
![]() |
Menjelaskan ke mahasiswaku tentang desain bangunan serta strukturnya sebagai dosen jurusan arsitektur |
![]() |
Diskusi yang respek dengan tukang bangunan agar pekerjaan sesuai dengan rencana (Dok.pribadi)
|
3.Pakai Alat Bantu Untuk Visualisasi
![]() |
Mengarahkan mahasiswaku untuk melukis mural dengan contoh alat peraga supaya jelas dimengerti |
4.Pakai Bahasa Yang Mudah Dimengerti
Sebelumnya aku mempersiapkan diri dengan mempelajari terlebih dahulu apa dan bagaimana kategori milenial itu, dan sumbangsih mereka bagi Indonesia. Karena audiensnya juga kaum milenial dengan usia 20 th keatas, so pasti bahasa yang kugunakan harus disesuaikan dengan mereka agar tidak terjadi kesalahpahaman. Bahasa ini bisa mencakup pemilihan kata berkomunikasi, cara berekspresi dan berinteraksi serta model presentasi yang mudah dipahami oleh mereka.
![]() |
Berita tentang Dini Purwono diambil dari laman wartakota.tribunnews |
![]() |
Aku menjadi pembicara bareng Dini Purwono yang berlangsung di Resto Pringsewu bertopik Milenial dan Kiprahnya. (Dok.Pribadi) |
5.Tahu Arah Pandangan
6.Membuat Catatan Pribadi berupa Poin-poin Penting
7.Latihan Terus
Bisa kan mempraktekkan tips-tips diatas agar kamu semakin terbiasa berbicara didepan publik tanpa grogi lagi. Memang “jam terbang” itu merupakan guru yang terbaik. Selalu mencoba , tidak takut salah dan pantang putus asa akan semakin mengasah kemampuan kita untuk tampil dimuka umum dan berbicara dengan bermutu disertai body language yang natural.
Ceritain ya pengalaman kalian jika sudah berhasil mengatasinya.